Rabu, 27 Juni 2018

mbah pon

Copas dari FB Ustadz Agus Poernomo:
*Pengalaman mbah Pon*

Re-share ex Group COACH..
Namanya mbah Pon...
Penjual gudeg dipojokan pasar Beringharjo Jogja.

Mempunyai 5 anak yang 2 kuliah di UGM, 2 lagi di ITB dan 1 di UI, mereka sekolah sampai jenjang kuliah tanpa beasiswa.
Siang itu mbah Pon duduk didepan para peserta seminar yang antusias ingin belajar kesuksesan dari mbah Pon.
Banyak pertanyaan dilemparkan, tapi tidak ada jawaban dari mbah Pon yang bisa memuaskan peserta. Misalkan, ketika ada pertanyaan, kiat mendidik anak, jawabannya hanya, "nggih biasa mawon, nek nakal nggih dikandani"
Pertanyaan soal pembayaran kuliah anak-anaknya dijawab mbah Pon.. "Pas kedah bayar sekolah nggih dibayar"
Peserta seminar sudah tidak tahu lagi harus bertanya apa, karena tidak ada jawaban yang spesial dari mbah Pon.
Hingga seorang peserta bertanya, " mbah Pon, napa njenengan mboten nate wonten masalah?"
Dengan wajah bingung mbah Pon balik bertanya, " masalah niku napa tho? Masalah niku sing kados pundi?"
Peserta itu mencontohkan "Niku lho mbah, misalke pas badhe mbayar sekolah pas mboten wonten arthone"
Dengan tersenyum mbah Pon menjawab, " oh..niku tho, nggih gampil mawon, dereng wonten artho nggih kula nyuwun Gusti Allah, lha ndilalah mbenjang e gudeg e wonten ingkang mborong"
Jawaban mbah Pon menampar para peserta seminar yang notabene adalah orang-orang pintar terpelajar. Orang-orang yang paham tentang ilmu energi dan bagaimana hukum energi bekerja, *Energi selalu menarik energi yang bersifat sama*
Mbah Pon tidak tahu apa itu masalah, sehingga tidak pernah menganggap hidupnya ada masalah. Bagaimana mungkin masalah datang dalam kehidupannya..??
#KisahNyata
#BelajarLagi

Selasa, 26 Juni 2018

HELPING YOUR CHILDREN TO BUILD THEIR FUTURE

HELPING YOUR CHILDREN TO BUILD THEIR FUTURE
Dua hari yang lalu, saya berada di Singapore. Dan saya berkesempatan untuk minum kopi bersama seorang sahabat saya, yang menjadi profesor di sebuah Universitas terkemuka di Singapore.
Sebut saja namanya Henry. Kami janjian ketemu di Le Paul di Takashimaya. Kebetulan saya lagi kangen makanan Perancis.
Dan mulailah kami ngobrol sana sini, tentang disruption, tentang dunia pendidikan, tentang reward system untuk innovation program ...etc ...etc.
Sampai tiba-tiba Henry bertanya,"Pam, anakku baru klas 1 SMA dan dia bertanya, sebaiknya nanti dia kuliah apa ya?"
I said,"Why you asked me this question? You are the one who is a professor in a famous university!"
Henry meneruskan,"Well, Pam tahu kan, kadang-kadang apa yang dihasilkan dunia pendidikan dan yang dibutuhkan oleh industry bisa berbeda.
I want to make sure that my daughter will be in the right path.
Apalagi dengan era disruption sekarang, begitu banyak pekerjaan yang akan hilang!
Terus anak saya harus kuliah apa dong!"
Good question!
Tetapi, apakah pertanyaan itu perlu ditanyakan? Bukankah pada akhirnya nanti kita semua akan menjadi HIMASALJU ? (Himpunan Mahasiswa Salah Jurusan?)
Ijasah temen saya Teknik Kimia,
sekarang jadi CEO bank.
Ijasah saya Computer Engineering, jadi HR Director,
dan saya punya teman lulusan Kedokteran Umum yang menjadi dosen dan konsultan management.
So what?
The most important thing will be your agility , kemampuan mempelajari hal hal yang baru.
Suatu saat saya membantu client saya merekeut Telco Troubleshooting engineer di Jepang.
Dan yang mendaftar adalah seorang dokter (lulusan Kedokteran Umum).
Dan saya tanya dia,"Ngapain dokter mendaftar sebagai Telecom engineer?"
Dan dia menjawab ,"Saya sudah belajar untuk troubleshoot tubuh manusia, kalau anda kasih saya buku petunjuk nya Mobile Switching Center, saya akan pelajari dan saya akan troubleshoot your MSC!"
Voila, anything can be learned. Selama anda mau belajar dan bekerja keras di field yang baru!
Henry meneruskan,"Tapi kan bukan berarti kita kuliah sembarang jurusan kan Pam? Memang ada banker yang dari
Akunting atau Teknik Kimia. Tapi kan gak ada banker yang dari jurusan seni rupa atau seni tari kan?"
Ok, ok, setuju!
Jadi gimana?
Ok, lets make it  very simple.
Kuliah apapun, jurusan apapun, di universitas apapun, tidak akan ada yang bisa membekali anda dengan kemampuan yang membuat anda "siap kerja!".
Di perusahaan anda nanti, anda masih harus di training lagi agar anda siap melakukan pekerjaan anda!
Makanya yang penting adalah agility, kemampuan anda mempelajari hal hal baru (seberapa cepat anda mampu absorb pengetahuan baru dan menerakannya).
Nah di situlah kita tetap perlu belajar tentang :
- logical thinking
- system thinking
- analytical skills
- big picture thinking
karena , in the end of the day, kita memang akan mempelajari sebuah "system" dan menganalisa bagaimana "system" itu akan interract dan interlink dengan yang lain.
Terserah apapun sistemnya.
Bisa banking system, supply chain , manufacturing atau apapun. Tetapi in the end of the day this is what you will do, mempelajari sebuah "system" dan menganalisa bagaimana "system" itu akan interract dan interlink dengan yang lain!
Itulah mengapa seorang lulusan Teknik Kimia bisa menjadi CEO bank, karena di Teknik Kimia mereka mempelajari "proses", jadi mereka bisa menerapkan knowledge mereka tentang "process" ke banking system.
Kalau orang-orang yang masih  bermental "jadoel" gak akan ngerti itu, dan mereka akan komentar seperti ini
- ngapain lulusan Kimia ke bank?
- kasihan amat , kuliah 5 tahun gak dipaki ilmunya?
- kok kerjanya bisa kesasar  begitu?
Orang-orang yang bermental begitu masih terjebak dalam paradigma lama , dan masih  berfikiran dengan pola "mesin uapnya James Watt. Pasahal kita sekarang sudah masuk jaman Industrial 4.0, bayangin telat berapa generasi tuh orang !
Ok, sekarang kita kembali ke Henry, apa yang harus Henry lakukan untuk memberikan advice yang tepat pada anaknya ....
Kita coba beberap langkah di bawah ini ...
a) Find their passion
Pertama kali, cari passion mereka apa. Ingat orang yang mengerjakan sesuatu sesuai dengan passionnya akan perform lebih bagus.
Lihat, mata pelajaran apa yang nilainya lebih bagus.
Dan tanyakan 2-3 mata pelajaran yang dia paling sukai.
b) Help them draw their dream
Nah, kemudian tanyakan cita-cita hidupnya apa.
Bidang apa yang akan dia sukai
Ingat , you are helping them to build their own dream and not yours!
c) Help your children to choose one field with their passions and connect to their dream
Help them to connect the dots. Usahakan agar apa yang mereka sukai akan nyambung dengan apa yang mereka ingin kerjakn di masa depan.
Jadi lihatlah apakah anak anda:
- hobby berkutat dengan mobil-mobilan dan gadget electronic?
- Berkomunikasi dan Berinteraksi dengan orang?
- Lebih banyak fokus di kegiatan fisik dan olahraga?
- Bekerja sendiri dan berkreasi?
Observasi anda akan membantu anda mengarahkan bidang apa yang akan dipelajari mereka di bangku kuliah.
Berdasarkan pengamatan tentang apa yang mereka sukai, bidang apa nilai mereka lebih bagus dan cita-cita yang ingin mereka capai, arahkan mereka ke jurusan yang akan mereka pilih.
Dont worry too much. Jurusan itu bukan membuat mereka terpaku seumur hidup mereka , masih banyak kemungkinan bahwa mereka akan bekerja  di bidang yang (seoalh-olah ) tidak ada hubunhannya.
Jadi paradigmanya bukanlah "saya akan menjadi insinyur kimia yang baik", tetapi paradigma sekarang adalah,"Saya akan belajar system and design thinking, dan saya memghunakan kasus-kasus di jurusan teknik kimia sebagai simulasi untuk memecahkan permasalahan !"
d) They have to Build the emotional and social intelligence
Sampaikan bahwa selain kuliah,
mereka juga harus belajar tentang leadership dan teamwork.
Intinya bagaimana mengendalikn emosi sendiri dan bagaimana mereka memahami orang lain.
Hal ini bisa dipupuk dengan seringkali mengikuti kegiatan organisasi di kampus, senat, kegiatan kemahasiswaan, atau apapun yang membuat mereka berhubungan dengan orang-orang lain yang akan melatih social skills mereka.
Suatu saat nanti mereka akan mengerti bahwa kemampua  mereka dalam teamworking dan leaderahip ternyata akan sama pentingnya dengan kemampuan akademis mereka!
e) Tell them to build their agility
Last but not least, tell them to build agility, by learning something new every time.
Dunia akan berubah begitu cepat, mereka juga harus  belajar dengan irama yang lebih cepat lagi.
Untuk melatih itu mereka harus selalu mempelajari sesuatu yang baru.
Apa yang bisa mereka pelajari?
Anything! Bahasa asing, memasak, berkuda, olahraga baru, menggambar, ...etc.
It does  not matter WHAT they learn. What matters is HOW they continuously stimulate their brain to learn something new and to puck up new knowledge/skills.
This will be very useful in the future.
Jadi ingat, untuk lebih mempersiapkan anak-anak anda untuk masa depan mereka, lalukan kelima langkah di bawah ini:
a) Find their passion
b) Help them draw their dream
c) Help your children to choose one field with their passions and connect to their dream
d) They have to Build the emotional and social intelligence
e) Tell them to build their agility
Salam hangat
Pambudi Sunarsihanto

Minggu, 24 Juni 2018

Lepaskan atau Maafkan Lah

Ini kata terapis :

Ini kalimat yang saya ucapkan tadi malam... Ketika untuk kesekian
kalinya saya menemui kasus penyakit tumor ataupun Ca payudara..
Landasan emosi terkuat adalah... adanya persoalan yang mengganjal dengan
orang terdekat dan berkaitan dg cinta dan kasih sayang ...dll...

Satu kalimat saya

"Setiap kita berhak hidup berbahagia..
Kalau merasa tidak kuat bersamanya... Lepaskan !!!
Kalau merasa kuat... Maafkan.. !!!
Jadi jangan dicampur aduk..dan berada di wilayah abu abu. bisa jd penyakit"