Kamis, 09 Februari 2017

BLUE BIRD, HARAPAN ITU MASIH ADA

BLUE BIRD, HARAPAN ITU MASIH ADA

CEO Words
Kamis, 5 Januari 2017

Kerabata Saya mengeluh atas pelayanam taksi online. Setelah sampai ke tujuan, sang driver bilang bahwa gadgetnya mati. Sistemnya gak jalan.

"Ibu, maaf, HP Saya mati, terserah mau bayar berapa aja."

Padahal hampir semua pengendara taksi online selalu memasang charger di mobilnya. Kerabat Saya langsung menggunakan bintang 1.

Pada kisah yang lain, seorang driver taksi online menyebutkan tagihan yang berbeda dengan apa yang paltform tagihkan. Teman Saya tidak ingin berdebat panjang, akhirnya dia putuskan untuk memberi bintang 1 pada sang driver, dan melaporkan ketidaknyamanannya di platform.

Saya pun mengalami hal kecil saat naik taksi online. Sudah dua driver taksi online yang menceritakan keluhannya atas manajemen.

"Saya terlanjur leasing, sekarang tarif semau-maunya pusat, audah terlanjur, kalo gak narik lagi, binging nyicilnya."

Bisnis model bermitra memang butuh terus ditantang. Memposisikan kepemilikan mobil, bensin, perawatan, kepada mitra driver ternyata memunculkan masalah yang tidak mudah.

*****

Dalam berbagai kajian disruption, Blue Bird sebagai layanan taksi konvensional dianggap sebagai korban penggilasan. Masa kejayaan blue bird sudah selesai. Tapi apakah bemar demikian?

Blue bird yang masih menerapkan bisnis model lamanya, ternyata berhasil menjamin apa yang tidak bisa dijamin taksi online.

Supir Blue Bird yang tergolong karyawan, dimana tidak ada beban mencicil mobil, relatif lebih tenang dan memiliki prosedur pelayanan lebih baik dan fit. Itu yang Saya rasakan dari Blue Bird.

Artinya, Blue Bird masih boleh berharap. Ketika Blue Bird dapat menjaga value layanannya ke konsumen, maka konsumen akan tetap memilih Blue Bird.

Inilah yang menjadi titik kunci peperangan yang harus Blue Bird lakukan. Setelah Blue Bird berhasil melakukan inovasi pada teknologi pemesanan, Blue Bird kemudian diharuskan untuk segera menjaga standard layanannya. Ditengah layanan yang cenderung menurun dari taksi online, inilah kesempatan Blue Bird untuk bertumbuh.

*****

Pelajaran yang dapat kita petik dari pemaparan diatas adalah.. tidak selama bisnis model yang baru dapat sebegitu fit masuk kedalam pasar. Pola toko penjualan online yang tidak dapat menjamah barang, ternyata tidak juga memuaskan pelanggan. Beberapa pelanggan memilih untuk tetap menjamah barang di toko.

Sehebat-hebat platform komunikasi untuk meeting jarak jauh, beberapa orang tetap membutuhkan tatap muka untuk menangkap energi dari lawan bicaranya.

Sehebat-hebat restoran cepat saji yang modern, beberapa orang lebih menikmati warung yang bersahabat, dimana sang ibu pemilik warung dapat menanyakan kabar, menanyakan mood kuliah, menanyakan kabar keluarga, dan itu tidak dapat digantikan oleh restoran cepat saji.

Semoga tulisan ini bermanfaat...

Rendy Saputra - CEO KeKe Busana
Log On Sekolah Bisnis duakodikartika.com

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar