Kamis, 01 Juni 2017

EMPIRICAL CREATIVITY, great by choice 2

​<i>Zid Notes​</i>
​<i>Senin, 22 Mei 2017​</i>

​<b>EMPIRICAL CREATIVITY​</b>

Masih menyambung pembahasan kemarin tentang bagaimana ​<b>perilaku sebuah perusahaan yang membesar 10x dari perusahaan sejenis​</b> di bidang industri yang sama. Diambil dari pembahasan pada sebuah buku yang ditulis oleh ​<i>Jim Collins dan Morten Hansen : &quot;Great by Choice&quot;.​</i>

Penemuan perilaku perusahaan 10x ini diambil dari riset mendalam dari apa yang dilakukan oleh ​<i>10x companies.​</i> Collins dan Hansen kemudian menyimpulkan ​<b>3 perilaku utama para 10x companies​</b> :

1. ​<i>Fanatic Dicipline​</i> (akan kita bahas Esok)
2. ​<i>Productive Paranoia​</i> (sudah Saya tulis kemarin)
3. ​<i>Empirical Creativity​</i> (akan Saya jabarkan pada tulisan ini)

*****

Empirical Creativity secara sederhana diterjemahkan sebagai Kreativitas yang Empiris. Bahwa para 10x companies ternyata tidak asal kreatif, tidak asal inovatif, tapi benar-benar membangun kreativitas yang sangat empirik.

Agar Anda dapat memahami apa makna dari Kreativitas Empiris, berikut definisi empiris dari berbagai sumber terminologi,

Menurut ​<b>Izzatur Rusuli​</b>, 2015, Empiris adalah ​<i>suatu gagasan yang ​</i><i><b>bersifat rasional​</b></i><i> yang dibentuk oleh individu oleh pengalamannya.​</i>

Menurut ​<b>Yesmil Anwar dan Adang​</b>, 2008, Empiris dalam sejarah adalah ​<i>sejarah tersebut merupakan ​</i><i><b>kenyataan bukan mitos​</b></i><i> maupun cerita dongeng semata. Hal ini karena sejarah memiliki sumber yang valid didasarkan pada ​</i><i><b>observasi yang mendalam​</b></i><i>.​</i>

Sedangkan empiris dalam sosiologi adalah ​<i>ilmu pengetahuan yang didasarkan pada akal sehat, ​</i><i><b>tidak spekulatif​</b></i><i>, dan didasarkan observasi pada kenyataan.​</i>

Dari dua pakar bahasa diatas, akhirnya kita dapat menangkap beberapa ​<b>kata kunci untuk definisi empiris​</b> :

- berdasarkan fakta
- berdasar observasi
- tidak spekulatif
- dibantuk dari pengalaman
- ilmiah

Maka, ​<i>kreativitas yang empirik adalah kreativitas yang dibangun atas akal sehat, tidak spekulatif dan sangat berbasis atas observasi.​</i> (Rendy Saputra, 2017)

*****

Arah maksud dari ​<i>Collins dan Hansen​</i> itu begini, terkadang kita sebagai leader bisnis melakukan berbagai inovasi ini itu. Yang ada malah ​<b>menghabiskan uang​</b> dan ​<b>tidak berdampak​</b> sama sekali. 

​<i>Empirical creativity​</i> menuntun para ​<b>10x companies​</b> untuk menguji terlebih dahulu kreatifitas mereka ​<b>dalam skala kecil​</b>, baru kemudian ​<b>dihajar dalam skala besar.​</b>

Collins dan Hansen menyebutnya sebagai ​<i>&quot;bullets&quot; and &quot;canonball&quot;.​</i>

Jadi tembakan dulu ​<b>peluru-peluru kecil​</b>, untuk mencoba dan bereksplorasi. Cobalah percobaan itu dalam skala ​<b>investasi yang murah​</b>. Begitu berdampak, barulah tembakkan meriam ke pasar. Boom... pasti berdampak.

*****

Saya tertarik pada apa yang dilakukan ​<b>coca cola company​</b>. Setelah cukup lelah melawan grup Sosro di Indonesia, Coca Cola Company membangun brand minutes maid : Pulpy Oranges. Minum ​<b>jus jeruk yang ada bulir nya​</b>. Ini kekuatan yang ingin dibangun oleh Pulpy.

Awalnya mereka hanya membangun kemasan ​<b>kaleng jeruk berbulir​</b>. Begitu pasar menerima dan kanal distribusinya proven, barulah mereka menghajar dengan rasa delima, mangga, dan berbagai buah-buahan lainnya. Kemasannya pun mulai berinovasi. Ada botol plastik, tidak kaleng saja.

Menurut Saya, ini yang dimaksud Collins dan Hansen dengan menembakkan peluru terlebih dahulu.

​<i>Trusmi Cirebon​</i> sebenarnya melakukan hal ini. Awalnya mereka mencoba ​<b>layanan edukasi pembatikan didalam toko​</b>. Benar-benar memanfaatkan area toko yang ada. Lama kelamaan, setelah demand nya tinggi, barulah Trusmi ​<b>berinvestasi membangun pendopo​</b> yang serius untuk pelayanan edukasi batik.

*****

Collins dan Hansens menemukan bahwa, 10x companies selalu membangun sesuatu ​<b>diatas kehati-hatian​</b>. Mereka selalu mencoba hal sederhana terlebih dahulu. ​<b>Yang murah, yang resikonya kecil, begitu berdampak, barulah inovasi itu dibesarkan skalanya.​</b>

Saya memakai pola ini dalam pembuatan film. Sebelum terjun ke layar lebar film, Saya membuat ​<b>film dokumenter terlebih dahulu​</b>. Sebuah project yang skala investasinya tidak besar, namun darisana kami belajar, apa sebenarnya dunia film itu.

Dalam event juga demikian, beberapa inovasi tentang event Saya terapkan terlebih dahulu di Temu Nasional SBDKK. Beberapa formula yang bekerja dan jalan langsung kami terapkan pada ​<b>Kopdar Saudagar Nusantara.​</b>

*****

Semoga tulisan ini bermanfaat. Anda boleh saja menerapkan kreatifitas pada bisnis Anda, namun kreatifitas tersebut haruslah ​<b>bisa diukur dan benar-benar diuji dilapangan secara empirik.​</b> Bukan bertaruh dan penuh spekulasi yang akhirnya malah membuat bisnis Anda berdarah-darah.

Demikian, semoga bermanfaat.

​<b>Rendy Saputra​</b>
​<i>CEO KeKe Busana​</i>

Ajak sahabat Anda untuk berlangganan tulisan Saya via Grup Zid Club. ​<b>Kirim nama dan domisili via WA ke 081288407094.​</b>

Silakan di copaste ke grup-grup WA jejaring Anda. ​<b>Dilarang​</b> dipost di kanal selain WhatsApp.

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar