Selasa, 28 Maret 2017

AYAH BERILAH PERTANYAAN DAN JANGAN ABAIKAN

AYAH BERILAH PERTANYAAN DAN JANGAN ABAIKAN

Suatu saat, tatkala ayah dan anak-anak menatap bintang yang berkelip, melihat langit yang indah atau menikmati bumi yang diselimuti bunga bertanyalah sang ayah,"Wahai anakku siapakah yang menciptakan semua ini? Siapakah yang menghias alam yang indah ini? Siapakah yang memelihara dan mengatur bintang-bintang itu? . Pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan membuat kesan yang berarti pada jiwa anak-anak sehingga tumbuh kekaguman terhadap alam semesta dan segala sesuatunya yang ada di balik alam yang dilihatnya.

Ketika anak memulai mencoba mencari jawaban dari pertanyaan ayahnya, saat itulah kesempatan yang tepat bagi ayah untuk mengarahkan dan memperdalam konsep fitrah dalam diri anak. Karena kebiasaan memberikan pertanyaan yang mengarahkan pada Allah Subhanahuwata'ala, akan mendorong anak-anak untuk menghadirkan pertanyaan-pertanyaan yang serupa dan lagi-lagi ayah cukup menjawab, Allah! Dialah zat yang menciptakan semua makhluk dan menganugerahinya dengan sifat-sifat yang khas.

Maka tidak selayaknya untuk para ayah mengabaikan moment bertanya dan tidak merespon pertanyaan – pertanyaan anak. Karena semua hal ini bisa dikaitkan untuk penanaman akidah pada jiwa-jiwa anak. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa pada masa kanak-kanak sudah dapat dilaksanakan pengarahan. Hati anak masih suci mudah sekali untuk ditulisi. Anak akan cenderung kepada kebaikan atau keburukan seperti yang telah tertulis dalam hatinya.

Misal, ketika Ayah mengatakan bahwa , "anakku jeruk ini dari Allah". Lalu sang anak bertanya,"Bagaimana jeruk ini berasal dari Allah"atau "apakah Allah memberikan kepada ayah?" Ayah perlu menjelaskan dengan penjelasan yang logis dan mudah diterima oleh anak. Ketika ayah menjelaskan proses tersebut, ayah harus mengedepankan dan menunjukkan kekuasaan Allah, kelembutan dan kasih sayang Allah Azza wa jalla, dibalik proses tersebut.

Secara rinci ayah dapat menjelaskan bahwa petani menabur benih jeruk di atas tanah yang subur. Dengan rajin petani menyirami biji itu dengan air yang diturunkan Allah dari langit. Atas perintah Allah, setiap hari matahari menyinarinya dan mendorongnya untuk tumbuh dan berkembang. Hari demi hari biji yang tumbuh menjadi pohon yang kecil, dan kemudian tumbuh menjadi pohon yang besar. Setelah itu muncullah bertangkai-tangkai bunga jeruk. Beberapa diantaranya tumbuh menjadi buah, akan tetapi beberapa diantaranya ada juga yang jatuh sebelum menjadi buah. Akhirnya buah itu masak. Petani memetik buah itu dari pohonnya. Petani membawa buah jeruk itu ke pasar untuk dijual. Kemudian Ayah dengan uang rizki dari Allah membeli jeruk itu. Nah, kini jeruk yang lezat itu ada di hadapanmu.

Kemudian untuk mengakhiri uraian itu ayah berkata:" Hai anakku, tidakkah kau perhatikan bagaimana Allah mencintaimu? Allah telah menggerakkan hati petani untuk menanam jeruk, menganugerahkan air matahari dan tanah yang subur. Allah juga yang telah memberikan rezeki kepada ayah sehingga dapat membeli jeruk ini, membawakan untukmu, agar kau dapat menikmati kelezatannya."Ikuti dengan ayat di bawah ini,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللَّهِ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ لا إِلَهَ إِلا هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (٣)

"Hai manusia ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada tuhan ( yang berhak disembah) selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (Q.S Fathir : 3)"

Subhanallah, seperti itulah peranmu ayah. Memberikan pertanyaan dan jangan mengabaikan pertanyaan anak-anak-anak. Karena dibalik ini semua ada kesempatan menanamkan iman kepada anak-anak. Maka ayah, jangan berhenti belajar kurikulum iman. Terus pelajari, demi anak-anakmu…



Referensi : Tanggung jawab ayah terhadap anak, Dr. Adnan Baharits

Wallahu'alam bisawab

Sent from my BlackBerry 10 smartphone on the Indosat network.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar